Mengenal Desa Kemiren yang Dapat Penghargaan dari PBB

Mengenal Desa Kemiren yang Dapat Penghargaan dari PBB
Warga melintas di gapura Desa Adat Osing Kemiren, Banyuwangi, Jawa Timur. ANTARA/Budi Candra Setya

MimbarRiau.com - DESA Wisata Adat Osing Kemiren baru-baru ini meraih penghargaan The Best Tourism Villages Upgrade Programme 2025 atau desa wisata terbaik oleh UN Tourism, badan pariwisata Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB). Terletak di Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, Desa Kemiren ini dikenal sebagai pusat kebudayaan suku Osing, suku asli Banyuwangi, yang masih mempertahankan tradisi dan bahasa leluhur mereka hingga kini.

Dilansir dari laman resmi Kemenparekraf, desa yang memiliki luas sekitar 177 hektare ini dihuni oleh lebih dari 2.000 penduduk dan menjadi bagian dari kawasan Ijen Geopark sebagai situs budaya penting di ujung timur Pulau Jawa.

Sejarah Desa Kemiren

Menurut Badan Registrasi Wilayah Adat, asal mula nama Kemiren berakar dari cerita para sesepuh desa. Dahulu, wilayah ini merupakan hutan lebat yang banyak ditumbuhi pohon kemiri dan durian, sehingga kemudian disebut “kemiren”. Dari sejarah lokal, penduduk desa merupakan keturunan masyarakat Kerajaan Blambangan, kerajaan bercorak Hindu-Buddha yang berdiri setelah runtuhnya Majapahit sekitar 1478 masehi. Jejak kebudayaanBlambangan ini masih terasa kuat dalam adat, bahasa, serta sistem sosial masyarakat Osing.

Rumah-rumah adat di Desa Kemiren mencerminkan filosofi hidup masyarakat suku Osing. Terdapat tiga bentuk rumah utama: tikel balung, baresan, dan crocohan, yang masing-masing melambangkan tingkat kemapanan dan status sosial pemiliknya. Selain itu, bahasa Osing yang digunakan sehari-hari juga unik karena memiliki sisipan bunyi “y”, misalnya kata “madyang” untuk makan dan “abyang” untuk merah.

Dengan warisan yang kaya, Desa Kemiren kini menjadi destinasi wisata budaya unggulan yang memadukan tradisi dan teknologi modern. Wisatawan dapat menikmati beragam atraksi seperti tarian gandrung, mocoan lontar Yusup, hingga pertunjukan angklung paglak dan barong ider bumi, ritual adat yang digelar setiap tahun untuk menolak bala. Festival budaya seperti Tumpeng Sewu, NgopiSepuluh Ewu, dan Festival Gedhogan menjadi agenda tahunan yang selalu menarik minat wisatawan domestik maupun mancanegara.

Desa adat ini juga dikenal dengan kuliner khas seperti pecel pitik, hidangan ayam bumbu rempah yang sering disajikan dalam upacara adat, dan kopi jaran goyang, produk unggulan yang telah memperoleh sertifikasi Standar Nasional Indonesia (SNI). Selain itu, wisatawan yang datang juga bisa melakukan homestay di rumah bergaya arsitektur Osing.

Penghargaan

Selain penghargaan The Best Tourism Villages Upgrade Programme oleh UN Tourism, Desa Wisata Adat Osing Kemiren juga pernah mendapat International The 5th ASEAN Homestay Award (2025), Anugerah Desa Wisata Indonesia (2024), Sertifikasi Desa Wisata Berkelanjutan (2020), dan juara ketiga Lomba Desa Wisata Nusantara (2019).

Menghadapi perkembangan zaman, Desa Kemiren juga beradaptasi melalui digitalisasi pengelolaan wisata. Sistem pencatatan kunjungan, promosi video daring, dan layanan publik terhubung secara digital berkat program Smart Kampung dari Pemerintah Kabupaten Banyuwangi. Akses informasi wisata pun semakin mudah melalui aplikasi Banyuwangi Tourism yang dapat diunduh di Playstore.

Berita Lainnya

Index