ROKAN HILIR – Di tengah jeritan ekonomi dan tumpukan hutang pembangunan yang tak kunjung usai, hati nurani rakyat Rokan Hilir (Rohil) kembali dirobek.
Proyek renovasi rumah dinas Ketua DPRD Rohil, Ilhammi, yang sejak awal tahun 2025 telah menuai kecaman keras, kini sah menjadi simbol pengkhianatan anggaran dan nafsu kemewahan para elit.
Kekecewaan meluap menjadi kemarahan setelah pekerjaan tetap dilanjutkan. Hari ini, Selasa (2/12/2025), Muhajirin Siringo Ringo, tokoh Pemuda Rohil yang gigih bersuara, turun langsung menelusuri sudut demi sudut rumah dinas tersebut. Apa yang ditemukannya bukan hanya pemborosan, melainkan sebuah tragedi ironi.
Muhajirin, dengan nada pilu, menyaksikan bagaimana uang rakyat yang seharusnya bisa menjadi harapan hidup bagi ribuan keluarga miskin, kini dihamburkan hanya demi memenuhi hasrat pribadi seorang pejabat.
"Ini bukan sekadar renovasi, ini perampasan hak rakyat yang dilegalisasi! Kami sudah teriak dari awal untuk dibatalkan, karena banyak yang lebih urgent. Tapi mereka tuli, sibuk memikirkan gengsi," ujar Muhajirin dengan sorot mata penuh kekecewaan.
Temuan Muhajirin sungguh menyayat hati:
Plavon Kamar Pribadi: Plafon di kamar yang akan ditempati Ketua Dewan masih dalam kondisi prima dan mulus. Namun, karena selera pribadi Ilhammi merasa warna atau motifnya "kurang sreg" atau tidak sesuai dengan mood sang penghuni, plafon itu harus dicopot dan dibuang!
"Sebuah plavon yang layak dihuni, dibongkar hanya karena beda warna? Berapa banyak anak yatim bisa disantuni dengan biaya ganti plavon ini?" tanya Muhajirin getir.
Keramik Mewah Lantai Dua: Lantai dua rumah itu terhampar dengan keramik yang masih sangat bagus. Tapi, demi tampilan 'kekinian' dan terlihat lebih 'modern' sebuah kata sandi untuk gengsi keramik tersebut harus dilapisi hanya untuk memenuhi tuntutan style sang Ketua.
Pagar yang Menganga: Bahkan pagar rumah yang kokoh dan masih berfungsi baik, juga tak luput dari 'korban' nafsu renovasi ini. Pagar itu harus diganti, seolah-olah simbol kemewahan harus diperbarui agar setara dengan gaya hidup bupati dan wakil bupati yang menurut Muhajirin terlalu memikirkan mobil baru daripada nasib rakyat.
Muhajirin Siringo Ringo menegaskan bahwa tindakan ini mencerminkan mentalitas pejabat yang sudah buta hati, terlalu larut dalam gegap gempita kemewahan dan gengsi jabatan, tak ubahnya seperti Raja di atas puing-puing kemiskinan.
"Kalian para pemimpin Rohil, bukalah mata dan hati! Rakyatmu sedang kelaparan, rakyatmu menjerit kesusahan! Kalian tega menghabiskan uang demi melapis lantai yang masih bagus, demi mengganti warna plavon yang tidak kalian suka!?" serunya.
Muhajirin mengakhiri kritik pedasnya dengan sebuah ultimatum moral: “Gunakan yang layak, tahan gengsi kalian! Kalian itu dipilih rakyat! Ingat, pertanggungjawaban kalian tidak hanya di mata hukum, tapi juga di hadapan Tuhan, dunia dan akhirat!”
Kini, bola panas kekecewaan ada di tangan publik. Warga Rohil menuntut pertanggungjawaban moral dan audit total atas proyek renovasi yang dinilai lebih mementingkan nafsu gengsi seorang pejabat daripada kepentingan seluruh masyarakat.
Hingga berita ini ditayangkan, Ketua DPRD Rohil, Ilhammi tak kunjung merespon pertanyaan MimbarRiau.com.**