Akibat Pemimpin Lahir dari Kebohongan: Negeri Terkepung Krisis Kepercayaan

Akibat Pemimpin Lahir dari Kebohongan: Negeri Terkepung Krisis Kepercayaan
Muhajirin Siringo Ringo

Pekanbaru - Dalam sejarah panjang bangsa ini, terlalu sering kita menyaksikan bagaimana kebohongan melahirkan kekuasaan. Pemimpin yang naik ke tampuk pemerintahan bukan karena prestasi dan integritas, melainkan melalui manipulasi, rekayasa dokumen, dan pencitraan kosong. Hasilnya? Sebuah bangsa yang berjalan di atas fondasi rapuh: kebohongan.

Pemimpin yang lahir dari kebohongan akan selalu takut pada kebenaran. Ia akan menghindari transparansi, menyingkirkan kritik, dan membungkam suara rakyat. Karena ia tahu, sedikit saja celah terbuka, kebenaran akan membongkar segala kemunafikan yang selama ini ia tutupi.

Dampaknya nyata. Lembaga publik kehilangan wibawa, aturan hanya berlaku untuk rakyat kecil, sementara pejabat yang “berdosa” berlindung di balik kekuasaan. Rakyat mulai apatis, karena mereka menyadari bahwa keadilan dan kejujuran hanya menjadi slogan, bukan kenyataan.

Lebih tragis lagi, kebohongan itu menular. Birokrasi ikut belajar bahwa untuk naik jabatan, cukup bermodal loyalitas semu dan manipulasi data. Generasi muda disuguhi contoh bahwa sukses bisa diraih tanpa proses, cukup dengan tipu daya. Ini adalah pengkhianatan terhadap cita-cita reformasi dan kemerdekaan.

Negara yang dipimpin oleh orang yang memalsukan masa lalunya tak akan mampu menata masa depan. Ia akan terus sibuk menutupi borok, bukannya memperbaiki luka. Ia lebih takut pada penyelidik daripada pada bencana. Ia lebih cepat merespons kritik ketimbang krisis.

Sudah saatnya rakyat bangkit dan menolak segala bentuk kebohongan dalam kepemimpinan. Karena pemimpin sejati bukan yang disanjung karena pencitraan, tetapi yang berdiri kokoh di atas nilai kejujuran, integritas, dan keberanian menghadapi kebenaran.

Karena bila kebohongan terus dibiarkan berkuasa, bukan hanya masa depan yang dikorbankan, tetapi juga nurani kita sebagai bangsa.

Oleh: Muhajirin Siringo Ringo

Berita Lainnya

Index