Perjalanan Panjang Muhajirin Siringo Ringo Mengungkap Dugaan Ijazah Palsu Bupati Rohil, Bistamam

Perjalanan Panjang Muhajirin Siringo Ringo Mengungkap Dugaan Ijazah Palsu Bupati Rohil, Bistamam
Dari, S.Ag

Pekanbaru - Perjuangan panjang dalam menegakkan kebenaran dan keadilan kadang dimulai dari satu langkah kecil yang dilandasi tekad kuat. Itulah yang tergambar dalam perjalanan Muhajirin Siringo Ringo, seorang aktivis independen dari Riau, yang gigih mengungkap dugaan penggunaan ijazah dan Surat Keterangan Pengganti Ijazah (SKPI) palsu oleh Bupati Rokan Hilir (Rohil), Bistamam.

Muhajirin bukanlah tokoh yang lahir dari panggung politik besar, melainkan dari keresahan rakyat biasa yang melihat ada yang tak beres dalam proses demokrasi dan pemerintahan. Ia memulai investigasinya sejak awal Mei 2025, setelah mendapati sejumlah kejanggalan administratif pada dokumen pendidikan Bistamam. 

Dengan modal semangat, data-data publik, dan keterbukaan informasi, Muhajirin menggali lebih dalam. Ia menginvestigasi ke lembaga-lembaga terkait seperti Dinas Pendidikan Provinsi Riau, sekolah yang tertera dalam ijazah hingga Kementerian Pendidikan. Hasilnya? Tidak ada kejelasan legalitas, bahkan terindikasi adanya legalisir fotokopi ijazah dan SKPI yang tidak sah alias aspal.

Tak berhenti sampai di sana, Muhajirin melaporkan dugaan pemalsuan ini ke kepolisian dan mengajukan gugatan ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Pekanbaru, sebagai bentuk perlawanan hukum atas dugaan pelanggaran administratif dan pemalsuan dokumen negara. Proses panjang persidangan pun berjalan dengan banyak tekanan, namun Muhajirin tetap bertahan.

Apa yang diperjuangkan Muhajirin bukan semata perkara pribadi, melainkan upaya membongkar kebobrokan sistem, bahwa seorang pejabat publik harus bersih dari pemalsuan dan penipuan. Keberanian ini tentu tidak datang tanpa risiko. Ancaman, tekanan, bahkan pembunuhan karakter sempat ia alami. Namun semangatnya tak surut.

Perkara ini kini menjadi sorotan publik, karena menyangkut kredibilitas seorang kepala daerah. Jika benar terbukti ada pemalsuan ijazah, maka implikasinya sangat besar: bukan hanya Bistamam terancam kehilangan jabatannya, tetapi juga merusak kepercayaan masyarakat terhadap proses demokrasi yang bersih dan transparan.

Perjalanan Muhajirin adalah bukti bahwa rakyat masih bisa menjadi pengawas negara. Dalam demokrasi, tak selamanya yang kecil harus kalah oleh yang besar. Kadang suara lantang dari akar rumput justru mampu mengguncang kekuasaan yang dibangun di atas kebohongan.

Kini, masyarakat menanti hasil akhir dari proses hukum ini. Apakah hukum akan berdiri tegak atau tunduk pada kekuasaan? Kita tunggu. Namun satu hal yang pasti: keberanian Muhajirin telah membuka mata banyak orang, bahwa keadilan memang bisa diperjuangkan, asal ada nyali untuk melawan. **

Penulis: Dari, S.Ag                            Pemimpin Redaksi Media OkeGas.co.id

Berita Lainnya

Index