Pemeirntah menilai potensi pasar sawit Indonesia di Eropa semakin terbuka dan berpeluang meningkatkan ekspor secara signifikan.

Pemerintah Sebut Masa Depan Sawit Indonesia Cerah di Pasar Eropa

Pemerintah Sebut Masa Depan Sawit Indonesia Cerah di Pasar Eropa
Truk mengangkut muatan berisi sawit dibawa ke pabrik pengolahan yang berada di dalam kawasan perkebunan kelapa sawit di Provinsi Kalimantan Tengah beberapa waktu yang lalu. Dok. TEMPO

Jakarta - Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan, Djatmiko Bris Witjaksono, menyampaikan optimisme atas prospek ekspor kelapa sawit Indonesia ke pasar Eropa. Ia menyebut, komitmen kerja sama ekonomi Indonesia dan Uni Eropa melalui skema Indonesia-EU Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA) membuka peluang pengakuan terhadap kelapa sawitIndonesia sebagai komoditas berkelanjutan (sustainable).

Pengakuan ini, menurut Djatmiko, merupakan langkah strategis untuk meredam sentimen negatif terhadap produk sawit nasional yang selama ini menjadi hambatan di pasar global. “Eropa adalah yang pertama memiliki sawit kita sebagai sumber bahan baku, energi, atau produk makanan. Karena sawit ini kan penggunaannya macam-macam, luas. Tapi sawit itusebagai komoditi yang sustainable, yang berkelanjutan, itu yang penting,” ujar Djatmiko di Kantor Kamar Dagang dan Industri Indonesia, Jakarta Selatan, Senin, 4 Agustus 2025.

Ia menambahkan, potensi pasar sawit Indonesia di Eropa semakin terbuka dan berpeluang meningkatkan ekspor secara signifikan. "Kami harapkan ini bisa juga mendua kali lipatkan kinerja ekspor sawit dan turunannya. Jadi sawit yang ada CPO, PKO, dan turun-turunan lainnya, semuanya bisa berlipat dua kali ke pasar Eropa,” katanya.

CPO (Crude Palm Oil) dan PKO (Palm Kernel Oil) merupakan dua produk utama turunan kelapa sawit yang banyak digunakan dalam industri makanan, kosmetik, hingga energi. Selama ini, ekspor kedua produk tersebut ke Uni Eropa sering terhambat isu lingkungan dan keberlanjutan. Melalui kerja sama IEU-CEPA, pemerintah berharap sektor sawit nasional bisa berperan lebih besar dalam rantai pasok global yang berkelanjutan.

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan bahwa CPO Indonesia akan dikenakan tarif nol persen alias bebas bea masuk ke Eropa hingga 1 juta ton, sebagai bagian dari kesepakatan IEU-CEPA yang kini memasuki tahap akhir. "Saya pikir, untuk Indonesia, dalam perjanjian tersebut kami menyepakati dua komoditas, yaitu CPO dan palm kernel oil(PKO). Kami sepakat tentang kuota, di mana untuk CPO sekitar 1 juta ton dan PKO tergantung pada ekspor tahun lalu ke Uni Eropa," ujar Airlangga di kantornya, Kamis, 31 Juli 2025.

Airlangga menambahkan, dokumen kesepakatan IEU-CEPA dijadwalkan akan ditandatangani pada September 2025 saat kunjungan Komisioner Uni Eropa Maros Sefcovic ke Jakarta. "Saya sudah berbicara dengan Komisaris Maros Sefcovic bahwa beliau berencana datang ke Jakarta pada September untuk menandatangani dokumen tersebut," kata Airlangga.

Ia memastikan seluruh poin dalam kesepakatan tersebut akan mulai berlaku efektif pada 2026, termasuk pembebasan tarif untuk sekitar 80 persen produk ekspor Indonesia ke Eropa. "IEU-CEPA akan efektif, mudah-mudahan bisa dipercepat tahun depan," ujar Airlangga.

Berita Lainnya

Index