MimbarRiau.com - Dunia olahraga Riau kembali bergejolak akibat sikap Gubernur Riau, Abdul Wahid, yang lagi-lagi menuai kontroversi. Kali ini, ia menunjukkan indikasi tidak peduli terhadap perkembangan olahraga daerah dengan mendukung penundaan perhelatan Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) dengan alasan klasik: keterbatasan anggaran.
Fenomena ini dikhawatirkan akan memupus semangat juang para atlet Riau yang telah mempersiapkan diri.
Kekecewaan ini disampaikan secara tegas oleh Aktivis Riau, Muhajirin Siringo Ringo. Ia sangat menyayangkan keputusan Gubernur yang dianggap konsisten merugikan dunia olahraga Riau.
Utang Bonus PON dan Penundaan Porprov: Pola Masalah Anggaran
Sebelum rencana penundaan Porprov mencuat, dunia olahraga Riau belum lama ini digemparkan oleh kebijakan Abdul Wahid yang berniat memotong bonus atlet Pekan Olahraga Nasional (PON) dengan dalih serupa, yakni keterbatasan anggaran.
Hingga kini, bonus atas prestasi gemilang para atlet tersebut dilaporkan belum terbayarkan sepenuhnya.
Kini, dengan alasan yang sama, Gubernur kembali mengambil langkah kontroversial dengan menghendaki penundaan Porprov.
"Padahal belum lama ini terbongkar, APBD Riau mengendap triliunan di bank," ujar Muhajirin, menyoroti adanya kontradiksi antara dalih keterbatasan anggaran dengan fakta keuangan daerah yang mencuat ke publik.
"Perusak Dunia Olahraga Riau" dan Janji Palsu Pemimpin
Muhajirin Siringo Ringo tak segan melabeli Abdul Wahid sebagai "Perusak dunia olahraga Riau". Menurutnya, kebijakan Gubernur ini secara bertahap menghancurkan motivasi dan ekosistem olahraga di Bumi Lancang Kuning.
"Abdul Wahid adalah pembohong besar yang pernah tercatat di sejarah pemimpin Riau," tegas Muhajirin, mengacu pada janji-janji politik dan tanggung jawab terhadap prestasi daerah yang kini terabaikan.
Muhajirin berharap agar Gubernur Riau tersebut "segera bertaubat nasuha" dan “stop menyusahkan rakyat Riau.”
Sorotan Tata Kelola Pemerintahan: Konflik dan Dampak pada ASN
Selain masalah anggaran dan olahraga, Muhajirin juga menyoroti carut marut tata kelola pemerintahan di Riau di bawah kepemimpinan Abdul Wahid.
"Kau dipilih oleh rakyat," kritiknya. “Baru saja terpilih sudah ribut dengan wakil. Korbannya para ASN Riau yang serba salah melihat kedua pemimpinnya saling sikut.”
Peringatan keras pun dilontarkan: "Kalau kau tetap seperti ini, jangan salahkan gelombang kemarahan rakyat Riau akan bergelora."
Desakan ini mengindikasikan bahwa ketidakpuasan terhadap kepemimpinan Abdul Wahid tidak hanya terbatas pada sektor olahraga, namun telah meluas ke isu-isu integritas dan tata kelola pemerintahan daerah.**