Tiga Karyawan Kebun Tanjung Medan PTPN IV Mohon Ampunan dan Kesempatan Kedua

Sabtu, 18 Oktober 2025 | 06:51:14 WIB
penggalan surat 3 orang karyawan PTPN IV Regional III Kebun Tanjung Medan

Tanjung Medan — Tiga orang karyawan Kebun Tanjung Medan, PTPN IV Regional III, menyampaikan surat permohonan ampun dan keringanan sanksi kepada manajemen perusahaan setelah melakukan kesalahan mengambil berondolan sawit sekitar 50 kilogram tanpa izin.

Dalam surat yang ditulis dengan penuh penyesalan dan kerendahan hati itu, ketiganya mengaku khilaf dan menegaskan bahwa perbuatan tersebut tidak dilakukan dengan niat jahat atau untuk merugikan perusahaan, melainkan karena dorongan kebutuhan hidup.

“Kami menyadari sepenuhnya bahwa apa yang kami lakukan adalah perbuatan salah, melanggar aturan, dan tidak seharusnya terjadi. Tidak ada alasan yang dapat membenarkan tindakan tersebut. Namun dengan kerendahan hati, izinkan kami menyampaikan bahwa perbuatan itu kami lakukan karena khilaf, dorongan kebutuhan, dan tanpa niat untuk merugikan perusahaan,” tulis mereka dalam surat tersebut.

Ketiga karyawan itu, yaitu Afwan Candra R. Guk Guk, Dwi Septianda Saputra, dan Tommy Syahyudi Sinaga, juga mengungkapkan kecintaan mereka terhadap pekerjaan di PTPN IV. Mereka mengaku selama ini telah bekerja dengan sungguh-sungguh untuk menafkahi keluarga dan membesarkan anak-anak mereka melalui penghasilan yang halal.

“Kami sangat mencintai pekerjaan ini karena dari sinilah kami menafkahi keluarga kami, menyekolahkan anak-anak, dan bertahan hidup. Kami mohon agar manajemen berkenan memberikan kami kesempatan kedua untuk memperbaiki diri dan menebus kesalahan kami,” tulis mereka penuh harap.

Dalam surat yang ditandatangani pada 16 Oktober 2025 itu, para karyawan berjanji tidak akan pernah mengulangi kesalahan serupa dan siap menerima sanksi pembinaan atau teguran keras, asalkan masih diberi kesempatan untuk tetap bekerja.

“Kami mohon kiranya pihak manajemen melihat kami sebagai manusia yang khilaf, bukan penjahat. Kami percaya perusahaan besar seperti PTPN IV memiliki hati dan kebijaksanaan untuk memaafkan karyawan yang menyesali perbuatannya,” ujar mereka.

Mereka menutup surat dengan doa agar manajemen berkenan membuka pintu maaf dan belas kasih bagi mereka, seraya berharap masih dapat melanjutkan hidup dengan bekerja secara halal di kebun yang mereka cintai.

Surat ini menjadi cerminan penyesalan mendalam dari para karyawan lapangan yang tersandung karena kebutuhan hidup, namun tetap menunjukkan sikap tanggung jawab, kejujuran, dan harapan besar untuk memperbaiki diri di bawah bimbingan perusahaan yang mereka banggakan.

“Kami hanya ingin tetap bekerja, menebus kesalahan dengan kerja keras dan pengabdian. Kami tidak ingin kehilangan tempat di mana kami tumbuh, bekerja, dan memberi makan anak-anak kami. Kami mohon jangan hukum kami dengan kehilangan harapan.”

Di tengah dinamika perusahaan besar seperti PTPN IV, kisah ini menjadi pengingat bahwa di balik setiap kesalahan, selalu ada ruang bagi manusia untuk berubah dan memperbaiki diri. Ketulusan permohonan ini diharapkan dapat menyentuh hati pimpinan agar melihat mereka bukan sebagai pelanggar, tetapi sebagai pekerja yang sedang berjuang mempertahankan kehormatan dan nafkah keluarganya. **

Terkini